Kabut pagi masih menempel tipis di permukaan Sungai Martapura ketika klotok yang saya tumpangi merapat di sebuah rumah kayu bergaya tradisional. Dindingnya beranyam rapi, atapnya menjulang khas Bubungan Tinggi, dan di depan pintu terpasang papan nama yang membuat dada ikut hangat: Museum Wasaka. Di sinilah kisah perjuangan rakyat Kalimantan Selatan disimpan, dituturkan ulang lewat foto, senjata, arsip, dan benda sehari-hari. Sebagai travel vlogger Wonderful Indonesia, saya datang bukan hanya untuk merekam koleksi, tetapi juga untuk menangkap napas sungai, tekstur kayu ulin, dan cerita manusia di balik kata Wasaka.
Saat langkah pertama menyentuh geladak, suara dayung dan percakapan pedagang sayur dari sungai seolah menyatu dengan narasi sejarah yang akan kita baca. Wasaka adalah singkatan dari Waja Sampai Kaputing, moto Banua yang kurang lebih berarti keteguhan sampai tuntas. Moto itu terasa hidup di sini, di sebuah rumah panggung yang menjadi jembatan antara masa lalu dan hari ini.
Lokasi, Akses, dan Informasi Praktis
Di mana letaknya
Museum Wasaka berada di kawasan Sungai Jingah di utara Kota Banjarmasin, menempel dengan lingkungan permukiman tepian yang tenang. Bangunannya berdiri di tepi kanal yang terhubung ke Sungai Martapura, sehingga mudah dicapai baik lewat jalur air maupun jalur darat. Nuansa kampung sungai begitu kuat, cocok untuk Anda yang ingin merasakan Banjarmasin dari sisi yang paling otentik.
Cara menuju
Jika berangkat dari pusat kota, Anda punya dua cara yang sama serunya.
- Naik klotok dari kawasan Siring atau dermaga wisata. Perjalanan pagi menghadirkan cahaya lembut, lalu lintas sungai yang hidup, dan sudut pengambilan yang sinematik. Mintalah juragan untuk menurunkan Anda di dekat tangga dermaga museum atau di tepian kampung yang terdekat.
- Naik kendaraan darat. Jalan lingkungan menuju Sungai Jingah relatif mudah, cukup ikuti petunjuk arah ke Museum Wasaka. Parkir tersedia terbatas, jadi datang pagi lebih nyaman.
Jam kunjung dan tiket
Jam operasional museum dapat berubah mengikuti kebijakan pengelola. Umumnya buka pada pagi hingga sore. Beberapa museum daerah libur pada hari tertentu. Konfirmasi dulu ke kanal resmi atau dinas kebudayaan setempat. Tiket masuk relatif terjangkau, kadang gratis dengan kotak donasi. Siapkan uang kecil untuk donasi pemeliharaan dan parkir.
Waktu terbaik
Datanglah pagi. Udara masih sejuk, cahaya lembut untuk foto interior, dan suasana kampung sungai sedang bergeliat. Jika ingin menggabungkan kunjungan dengan konten luar ruang, rencanakan singgah di tepi Martapura saat golden hour sore.

Sejarah Singkat dan Makna Wasaka
Waja Sampai Kaputing
Wasaka adalah akronim dari Waja Sampai Kaputing. Waja adalah besi, Kaputing berarti sampai putus atau sampai akhir. Esensinya adalah tekad yang tidak mudah patah. Moto ini menjadi semboyan Kalimantan Selatan dan melekat pada narasi perjuangan masyarakat Banjar sejak masa perlawanan terhadap kolonial hingga periode mempertahankan kemerdekaan.
Dari perang Banjar hingga gerilya kemerdekaan
Kisah Wasaka mencakup rentang panjang. Ada babak Perang Banjar pada abad ke 19 dengan tokoh karismatik seperti Pangeran Antasari dan para panglima rakyat yang bertahan lewat taktik sungai dan rawa. Kemudian berlanjut ke masa revolusi fisik ketika para pemuda di Banua mengorganisasi laskar, menyusun jaringan logistik di sepanjang Martapura dan Barito, serta melakukan perlawanan gerilya. Museum menjadi ruang yang merangkai potongan-potongan periode itu agar mudah dipahami pengunjung.
Rumah tradisional yang disulap jadi rumah cerita
Alih-alih gedung modern, museum ini memakai Rumah Banjar bergaya Bubungan Tinggi. Keputusan itu membuat narasi terasa membumi. Anda tidak hanya melihat koleksi, tetapi juga merasakan bagaimana ruang domestik orang Banjar bekerja. Tangga kayu ulin, serambi terbuka, ruang tengah yang luas, dan anjung di kiri kanan semuanya membantu membingkai koleksi dan cerita.
Arsitektur Rumah Bubungan Tinggi yang Memikat Kamera
Anatomi singkat yang perlu Anda kenal
Ciri paling menonjol adalah atap menjulang di bagian tengah, disebut bubungan. Lantai rumah ditinggikan dengan tiang ulin, bahan kayu keras yang terkenal awet di lahan rawa. Dinding umumnya berupa anyaman atau papan, dilengkapi kisi-kisi yang memperlancar udara. Di sisi depan terdapat tangga menuju pelataran. Di dalam, ruang memanjang ke belakang dengan beberapa bilik serta anjang kiri dan kanan sebagai sayap.
Cahaya, bayang, dan tekstur
Untuk pembuat konten, perpaduan kayu ulin gelap dan anyaman yang hangat menciptakan kontras tekstur yang kuat. Pukul 09.00 hingga 11.00 cahaya pinggir jendela memahat bayang yang dramatis di lantai, ideal untuk B roll dan foto detail. Lensa 16 sampai 35 mm membantu menangkap skala ruangan tanpa distorsi berlebihan jika Anda menjaga garis vertikal tetap tegak.
Aturan sederhana yang menjaga warisan
Kayu tua butuh perlakuan lembut. Jangan menyeret tripod di lantai, angkat saat berpindah. Ikuti jalur yang disediakan. Bila ada area yang dipagari tali, itu artinya rapuh atau bagian koleksi berharga. Tanyakan pada petugas sebelum menempelkan perekam audio atau lampu pada permukaan kayu.
Koleksi dan Ruang-Ruang yang Wajib Dicatat
Senjata tradisional dan senjata rakitan
Di vitrin dekat ruang depan Anda akan melihat badik, parang, tombak, serta senjata rakitan yang pernah digunakan para pejuang. Beberapa dilengkapi label asal kampung dan tahun perkiraan. Senjata tradisional bukan sekadar alat tempur, tetapi juga menyimpan simbol martabat, keberanian, dan keterampilan pandai besi setempat.
Dokumen pergerakan dan perang urat syaraf
Naik sedikit ke ruang tengah, terpajang pamflet, selebaran, peta, serta mesin tik yang dipakai untuk menyusun siaran dan instruksi. Ada juga foto rapat, ruang pos, dan radio yang menjadi andalan komunikasi. Di era ketika sungai adalah koridor utama, informasi adalah senjata yang tidak kalah berbahaya dari peluru. Kamera Anda akan menyukai tekstur kertas tua dan tombol radio yang aus.
Foto tokoh dan kisah lokal
Dinding-dinding menampilkan potret tokoh lokal, para pemimpin laskar, guru, alim ulama, hingga ibu-ibu dapur umum. Saya selalu berhenti lama di bagian ini karena setiap wajah membawa latar yang luas. Jika Anda membuat vlog, bacakan ringkas caption foto dan hubungkan dengan lokasi sekitar. Penonton akan merasa ikut berjalan di lorong waktu Banua.
Peralatan dapur dan logistik gerilya
Museum juga menaruh periuk tanah, wadah beras, panci besar, dan alat panggang yang menggambarkan pentingnya dapur umum. Di daerah rawa, suplai makanan menentukan daya tahan laskar. Ceritakan hubungan sederhana ini pada penonton: tanpa logistik yang lancar, strategi sehebat apa pun akan runtuh.
Sasirangan dan identitas budaya
Beberapa lembar sasirangan dipajang untuk menegaskan hubungan perjuangan dengan budaya. Kain ini dahulu memiliki fungsi simbolik dan ritual, kini menjadi karya mode dan ekonomi kreatif. Jika Anda ingin memperkaya footage, siapkan juga kunjungan ke kampung sasirangan sesudah museum, agar penonton mendapat benang merah antara sejarah dan hari ini.
Diorama sungai dan rute pasokan
Bagian yang sering membuat mata berbinar adalah diorama rute sungai. Di sana terlihat jalur pasokan, kamp-kamp pergerakan, serta posisi pos penjagaan. Latar sungai yang Anda dengar di luar jendela seketika terasa lebih bermakna. Ambil top shot statis selama 5 sampai 7 detik, lalu match cut ke drone shot Martapura pada sore hari. Transisi ini selalu berhasil membangun skala cerita.
Pengalaman Vlog di Museum Wasaka
Alur pengambilan gambar yang mengalir
Mulailah dengan establishing shot fasad Rumah Banjar dari halaman, lanjutkan dengan detail tangga ulin dan gagang pintu. Masuk ke ruang depan sambil merekam ambient sound langkah di lantai kayu. Saat berada di ruang tengah, ambil panning perlahan dari vitrin senjata ke dinding foto tokoh. Tutup bagian indoor dengan siluet jendela yang menghadap kanal.
B roll wajib
Potret ukiran kayu, anyaman dinding, kertas label koleksi, paku tua, dan pantulan sungai di kaca jendela. B roll seperti ini memperkaya ritme editing. Simpan juga 30 detik room tone di ruang depan, tengah, dan anjung untuk membantu transisi audio.
Script narasi singkat
Buka dengan kalimat yang beresonansi. Misalnya: Kita sering lupa bahwa kota sungai bukan hanya pasar dan kuliner. Di rumah ini, orang-orang menaruh keberanian mereka, dan kita diajak untuk mengingatnya. Jaga tempo bicara sedang, beri jeda setelah menyebut istilah lokal seperti Wasaka, Bubungan Tinggi, dan sasirangan.
Itinerary Setengah Hari di Banjarmasin Utara
Rangkaian kunjungan yang efisien
- Pukul 07.00 naik klotok dari Siring menuju Sungai Jingah. Rekam lalu lintas pagi di Martapura.
- Pukul 08.00 tiba di Museum Wasaka. Eksplorasi interior sekitar 60 sampai 90 menit.
- Pukul 09.45 jalan kaki singkat di kampung sekitar untuk menangkap human moment, seperti warga menjemur kain atau memperbaiki perahu.
- Pukul 10.30 lanjut ke kampung sasirangan untuk melihat proses pewarnaan dan motif. Beli selembar kain sebagai penutup cerita.
- Pukul 12.00 makan siang soto Banjar atau ketupat kandangan. Tutup sesi dengan voice over singkat di tepi sungai.
Alternatif jalur darat
Bila Anda datang berkendara, luangkan waktu singgah ke Masjid Sultan Suriansyah yang bersejarah. Arsitektur kayunya serasi dengan nuansa Rumah Banjar di museum sehingga footage terasa konsisten.

Etika Kunjungan dan Hak Cipta
Di dalam ruang koleksi
Jangan menyentuh benda pamer. Hindari flash pada arsip kertas dan foto. Jika ingin mengambil gambar close up, gunakan aperture lebih besar dan ISO menyesuaikan cahaya. Bila ingin merekam wawancara dengan pengelola, mintalah izin terlebih dahulu dan jelaskan tujuan publikasi.
Di lingkungan kampung
Sapa warga dengan senyum. Minta izin ketika memotret terlalu dekat. Jika Anda membeli minuman atau jajanan di warung setempat, itu adalah bentuk dukungan yang sederhana namun berarti.
Atribusi dan narasi adil
Ketika mengutip informasi dari label atau penjelasan pemandu, sebut sumbernya dalam narasi. Hindari membuat klaim yang tidak didukung data. Jadikan museum sebagai ruang belajar bersama, bukan sekadar latar visual.
Logistik, Fasilitas, dan Kuliner Sekitar
Fasilitas di lokasi
Toilet, area parkir, dan ruang informasi biasanya tersedia dalam skala sederhana. Bawalah botol minum isi ulang. Tempat sampah ada, tetapi disiplin pribadi tetap utama.
Transport lokal
Ojek aplikasi dan taksi lokal bisa diandalkan untuk rute pulang. Jika kembali lewat sungai, sepakati titik jemput dengan juragan klotok saat mengantar.
Kuliner yang dekat dan cocok untuk after museum
Coba soto Banjar dengan perkedel dan telur, pindang patin yang asam segar, atau iwak saluang goreng renyah. Untuk camilan, pilih wadai seperti bingka dan kue cincin. Rekam plating dan proses menyiapkan sambal acan untuk B roll yang menggugah selera.
Rekomendasi Rute Vlog 90 Menit
Breakdown pengambilan gambar
- Menit 0 sampai 5 establishing dari sungai. Teks lokasi sederhana, musik ringan.
- Menit 5 sampai 20 interior museum: senjata, arsip, foto tokoh, dapur perjuangan.
- Menit 20 sampai 35 diorama rute sungai dan jendela menghadap kanal. Sisipkan penjelasan Museum Wasaka.
- Menit 35 sampai 55 kampung sekitar: perahu, kain jemur, anak-anak bermain.
- Menit 55 sampai 75 kunjungan singkat ke kampung sasirangan. Proses mengikat dan mewarnai.
- Menit 75 sampai 90 kuliner soto Banjar dan penutup reflektif di tepi Martapura.
Estimasi Biaya Santai 1 Hari per Orang
| Komponen | Hemat (IDR) | Nyaman (IDR) |
|---|---|---|
| Klotok kota museum pulang pergi | 80.000 150.000 | 150.000 300.000 |
| Transport darat opsional | 40.000 80.000 | 80.000 150.000 |
| Tiket museum atau donasi | 0 20.000 | 20.000 40.000 |
| Pemandu lokal opsional | 50.000 100.000 | 100.000 200.000 |
| Minum dan camilan | 30.000 60.000 | 60.000 120.000 |
| Makan siang kuliner Banjar | 30.000 60.000 | 60.000 120.000 |
| Oleh-oleh sasirangan kecil | 60.000 150.000 | 150.000 300.000 |
| Total Estimasi | 290.000 620.000 | 620.000 1.230.000 |
Angka di atas bersifat indikatif dan sangat dipengaruhi musim, pilihan moda, serta gaya perjalanan. Mengajak teman berbagi klotok dan kendaraan akan menurunkan biaya per orang.
Aksesibilitas dan Keluarga
Jalur dan ruang
Sebagai rumah panggung, akses menggunakan tangga. Bagi lansia atau anak kecil, mintalah bantuan saat naik turun. Lantai kayu cenderung licin jika lembap. Stroller kurang ideal di dalam, tetapi bisa diparkir di teras.
Durasi ideal
Untuk keluarga, 45 hingga 60 menit di dalam ruang sudah cukup, dilanjutkan sesi foto di luar dan istirahat di tepian kanal. Persingkat narasi untuk menjaga fokus anak-anak.
Do s and Don ts
Do s
- Datang pagi agar nyaman dan visual lebih cantik.
- Baca label koleksi sebelum menekan tombol rekam, supaya narasi padat dan benar.
- Sisihkan donasi kecil untuk perawatan museum.
Don ts
- Tidak menyentuh atau memindahkan benda pamer.
- Tidak menggunakan flash pada arsip kertas dan foto.
- Tidak menaruh sampah di sela lantai atau kolong rumah.

Checklist Perlengkapan Pembuat Konten
- Kamera mirrorless atau ponsel dengan mode manual.
- Lensa 16 sampai 35 mm untuk ruang, 50 sampai 85 mm untuk detail.
- Lap microfiber, blower, dan silica gel untuk menghadapi kelembapan sungai.
- Mic clip on dan perekam ambience kecil.
- Botol minum isi ulang, tisu, dan kantong sampah mini.
FAQ Singkat
Apakah boleh membawa tripod
Boleh jika tidak mengganggu pengunjung lain. Gunakan kaki karet dan angkat saat berpindah agar tidak menggores lantai.
Apakah semua ruang boleh direkam
Sebagian besar boleh. Jika ada ruang yang ditutup atau diberi tanda larangan, hormati aturan. Tanyakan petugas untuk sesi wawancara atau pemotretan komersial.
Apakah ada pemandu
Di beberapa waktu tersedia petugas yang siap menjelaskan garis besar koleksi. Pemandu lokal dari komunitas heritage juga bisa diajak dengan janji temu.
Bisakah datang lewat sungai dan pulang lewat darat
Bisa. Kombinasi ini justru seru untuk variasi konten. Atur jadwal jemput dengan juragan klotok dan simpan kontak ojek aplikasi untuk perjalanan pulang.
Rumah yang Mengajarkan Teguh Sampai Akhir
Museum Wasaka bukan sekadar ruang pamer. Ia adalah rumah tempat kita belajar keteguhan. Dinding kayu mengingatkan pada kerja keras tangan manusia, jendela menghadap kanal mengingatkan bahwa sungai adalah urat nadi kehidupan Banua. Saat melangkah turun dari tangga ulin dan kembali ke perahu, saya merasa membawa pulang sesuatu yang lebih dari sekadar footage. Ada kesadaran baru bahwa perjalanan itu bukan hanya pindah tempat, tetapi juga pindah cara memandang. Jika Banjarmasin ada di daftar perjalanan Anda, sempatkan singgah ke Museum Wasaka. Datang dengan rasa hormat, pulang dengan cerita yang membuat orang lain ingin ikut menjaga.
