Kabut tipis baru saja naik dari lembah ketika saya menuruni anak tangga batu. Di bawah, atap-atap ijuk berbaris rapi seperti sisik hitam yang berkilau ditimpa matahari. Suara ayam, desir angin, dan gemericik air menyatu menjadi latar alami. Inilah Kampung Naga di Salawu, Tasikmalaya. Sebagai travel vlogger Wonderful Indonesia, saya datang bukan sekadar untuk mengambil gambar, tetapi untuk belajar cara sebuah komunitas menjaga adat Sunda di tengah derasnya arus modernitas. Di sini, ritme harian berjalan pelan. Rumah bambu tetap menjadi rumah, lumbung padi tetap berdiri, dan lembah Sungai Ciwulan terus mengajarkan kesederhanaan.
Lokasi, Akses, dan Orientasi
Di mana Kampung Naga berada
Kampung Naga berada di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Secara geografis, kampung ini meringkuk di lereng hijau yang menghadap Sungai Ciwulan. Letaknya berada di koridor jalan provinsi yang menghubungkan Tasikmalaya dengan Garut sehingga mudah dijangkau sebagai persinggahan atau tujuan utama.
Jarak dan waktu tempuh
- Dari Kota Tasikmalaya: sekitar 60 sampai 90 menit berkendara tergantung lalu lintas dan cuaca.
- Dari Kota Garut: sekitar 60 sampai 80 menit. Banyak pelancong mengombinasikan Garut berupa pemandian air panas dengan kunjungan ke kampung adat ini.
- Dari Bandung: perjalanan darat 3 sampai 4 jam via tasik atau garut, ideal untuk road trip akhir pekan.
Cara mencapai area kampung
Kendaraan diparkir di area parkir di atas tebing. Dari titik ini pengunjung menuruni ratusan anak tangga menuju permukiman utama. Anak tangga lebar dan tertata, namun tetap licin setelah hujan. Gunakan sepatu beralas karet dan melangkah pelan. Di kaki tangga terdapat bale penerima, mushola, dan akses ke gang-gang bambu yang memisahkan kluster rumah.
Jam kunjung dan tata tertib umum
Kampung Naga adalah permukiman hidup. Tidak ada loket wisata seperti taman rekreasi. Kunjungan sebaiknya dilakukan pada siang hari. Tanyakan terlebih dahulu kepada juru kunci atau pengurus adat di bale penerima. Ada area sakral yang tidak boleh dimasuki sembarang orang dan aturan fotografi di beberapa titik. Hormati petunjuk warga.

Sekilas Sejarah dan Filosofi Adat
Masyarakat yang menjaga tradisi
Kampung Naga dikenal sebagai salah satu komunitas Sunda yang konsisten mempertahankan adat. Rumah-rumah tetap memakai kayu, bambu, dan ijuk. Orientasi bangunan mengikuti kaidah yang diwariskan leluhur. Penggunaan teknologi modern disikapi selektif. Prinsipnya sederhana: selama tidak mengganggu harmoni desa, alam, dan adat, maka boleh dipertimbangkan.
Relasi dengan sungai, hutan, dan leluhur
Di seberang permukiman terdapat leuweung karamat. Warga menempatkan hutan ini sebagai kawasan larangan. Ia menjadi penetral antara manusia dan alam. Sungai Ciwulan di kaki lereng adalah sumber air, tempat mandi, tempat mencuci, juga ruang bermain anak. Keteraturan dan kebersihan terlihat dari cara warga mengelola air, sampah organik, dan abu dapur yang dikembalikan ke tanah.
Siklus upacara dan hari-hari adat
Sepanjang tahun ada hajat sasih yang mengikuti penanggalan tertentu. Intinya adalah syukur atas panen, keselamatan, dan keseimbangan. Pengunjung diperbolehkan menyaksikan dari luar bila waktunya tepat dan bila ada izin. Jangan memaksa mendekat ke area inti upacara, matikan flash, dan hindari sorot lampu yang mengganggu.
Arsitektur dan Tata Ruang: Estetika yang Fungsional
Denah kampung dan sumbu ruang
Permukiman Kampung Naga mengikuti kontur lereng. Gang-gang tanah dan bentangan halaman memisahkan kluster rumah yang saling berhadapan. Rumah menghadap utara atau selatan untuk menjaga aliran angin dan cahaya. Di tengah, balai kumpul dan masjid menjadi jangkar sosial dan spiritual. Leuit atau lumbung padi berdiri sedikit terpisah untuk keamanan dan sirkulasi udara.
Rumah panggung Sunda
Bahan utama kayu, bambu, bilik, dan ijuk. Pondasi berupa umpak batu agar lantai bambu tidak menyentuh tanah. Dapur menyatu di belakang dengan tungku tanah. Bukaan jendela kecil untuk suhu sejuk dan privasi. Walau sederhana, proporsi atap dan dinding menghasilkan siluet yang puitis ketika disapa cahaya pagi.
Masjid beratap ijuk
Masjid kampung berbeda dari masjid perkotaan. Atap ijuk bertingkat, struktur kayu, dan serambi kayu panggung. Di sini suasana ibadah terasa menyatu dengan alam. Pengunjung yang tidak beribadah tetap boleh melihat dari luar dengan pakaian sopan.
Leuit: bank pangan tradisional
Leuit merupakan lumbung padi. Pintu kecil dan sirkulasi udara yang baik menjaga gabah tetap kering. Leuit adalah simbol kedaulatan pangan. Anggap ia sebagai bank yang menyimpan cadangan keluarga dan komunitas. Dilarang memanjat dan dilarang membuka pintu tanpa pendamping warga.
Pengalaman Menyusuri Kampung
Tur jalan kaki bersama pemandu lokal
Cara terbaik memahami Kampung Naga adalah berjalan pelan bersama pemandu. Mulai dari bale penerima, menyusuri gang bambu, singgah di serambi rumah untuk belajar anyaman atau pembuatan gula aren, lalu berakhir di tepian sungai. Pemandu akan menerangkan pantangan dan do and don’t agar kunjungan bermakna dan tidak menyinggung adat.
Bertamu di serambi
Dengan izin, pengunjung dapat duduk di serambi rumah. Sajian umumnya teh manis hangat dan singkong rebus. Gunakan kesempatan ini untuk bertanya tentang hari tanam, rotasi ladang, pembuatan ijuk, atau makna motif anyaman. Matikan suara ponsel agar percakapan tenang.
Menyentuh air Ciwulan
Di kaki kampung, aliran Sungai Ciwulan jernih dan berbatu. Banyak sudut foto yang memadukan atap ijuk, rimbun bambu, dan air yang memantul. Jika ingin turun ke tepian sungai, pastikan tidak merusak bantaran dan selalu menjaga keselamatan anak.
Etika Kunjungan: Datang, Lihat, Belajar, Hormati
Prinsip umum
- Datang dengan hati ringan. Kampung Naga bukan studio foto, melainkan rumah warga.
- Minta izin sebelum memotret orang dari jarak dekat. Tawarkan untuk mengirimkan fotonya bila diinginkan.
- Jangan menyentuh benda-benda ritual, leuit, dan bagian rumah tanpa dipersilakan.
- Pakaian sopan. Hindari pakaian terlalu terbuka atau mencolok.
- Tidak membuang sampah. Bawa turun semua sampah pribadi.
Fotografi dan video
- Hindari penggunaan drone di atas permukiman tanpa izin. Suara drone bisa mengganggu.
- Di area hutan karamat dan makam leluhur berlaku larangan rekaman. Ikuti petunjuk pemandu.
- Rekam ambient sound secukupnya. Hormati jam istirahat siang dan waktu ibadah.
Belanja dan donasi
- Beli kerajinan atau produk pangan langsung dari pembuatnya.
- Jika ingin berdonasi, sampaikan melalui pengurus kampung agar manfaatnya merata.
Musim, Cuaca, dan Waktu Terbaik
Musim kemarau
Langit biru dengan awan tipis memudahkan foto atap ijuk. Jalan tanah cenderung berdebu, gunakan buff tipis. Pagi dan sore adalah jam emas.
Musim hujan
Warna hijau pekat dan refleksi air menambah kedalaman visual. Anak tangga dan jalan setapak menjadi licin. Bawa ponco dan sepatu bergrip.
Harian terbaik untuk kunjungan
- Pagi: 08.00 sampai 10.00 untuk cahaya lembut dan aktivitas warga.
- Sore: 15.30 sampai 17.00 untuk bayangan panjang dan siluet atap.

Itinerary Rekomendasi
Itinerary setengah hari: memaknai inti kampung
- 08.00 tiba di area parkir. Briefing singkat dengan pemandu di bale penerima.
- 08.20 tur jalan kaki melewati masjid beratap ijuk, serambi rumah, dan leuit.
- 09.20 rehat sejenak. Cicip teh hangat dan jajanan kampung.
- 09.40 lanjut ke tepian Sungai Ciwulan untuk mengambil B roll dan foto lanskap.
- 10.30 kembali ke bale penerima. Belanja kerajinan bambu atau gula aren.
Itinerary 1 hari: adat, kuliner, dan sungai
- Pagi fokus kampung inti. Catat cerita pemandu tentang adat dan tata ruang.
- Siang makan siang di warung sekitar lereng. Pilih menu nasi timbel, sayur asem, ikan asin gepuk, atau ayam kampung.
- Sore kembali turun untuk momen cahaya miring. Akhiri dengan duduk hening di serambi balai sambil menulis kesan hari itu.
Itinerary 2 hari 1 malam: sudut-sudut yang tak keburu
- Hari 1 telusuri kampung, belajar anyaman, dan dokumentasi audio visual yang tenang.
- Hari 2 jelajahi desa sekitar untuk kebun bambu, sawah teras, dan jembatan gantung. Kembali siang hari.
Kuliner dan Produk Lokal
Jajanan dan pangan rumahan
- Singkong rebus dengan parutan kelapa dan gula merah.
- Nasi timbel beralas daun pisang, sambal terasi, lalapan, dan ikan peda.
- Sayur daun singkong dan tumis genjer dari kebun.
- Peyeum atau tapai singkong dari desa sekitar untuk oleh-oleh.
Produk kerajinan
- Anyaman bambu: tampah, tudung saji, dan keranjang belanja.
- Topi bambu dan tas serut berbahan serat alami.
- Gula aren dan kopra dari perajin sekitar.
Tip: Minta kisah di balik produk. Cerita proses memberi nilai tambah pada vlog sekaligus membantu pelestarian keterampilan lokal.
Panduan Foto dan Vlog
Komposisi yang bekerja
- Gunakan leading lines dari deret atap ijuk atau gang tanah menuju masjid.
- Ambil low angle dari halaman untuk menonjolkan proporsi atap.
- Manfaatkan kontras tekstur: ijuk yang gelap, bambu yang terang, dan langit biru pucat.
Teknis cepat
- Lensa 16 sampai 35 mm untuk lanskap kampung dan ruang bersama.
- 50 sampai 85 mm untuk potret kerajinan dan ekspresi tangan bekerja.
- Hindari flash. Pakai ISO sedang dan bukaan lebar saat di serambi yang teduh.
Storyline untuk 90 menit footage
- Establishing: anak tangga, atap ijuk dari ketinggian, teks lokasi sederhana.
- Inti: percakapan dengan pemandu, aktivitas anyaman, dapur tradisional, detail leuit.
- Penutup: tepian Sungai Ciwulan, suara air, refleksi personal tentang makna menjaga adat.
Keamanan, Kesehatan, dan Aksesibilitas
Keselamatan di jalur
- Gunakan sepatu bertapak karet. Anak tangga bisa licin.
- Bawa air minum minimal 1 liter per orang. Hidrasi rutin meski udara sejuk.
- Payungi lensa saat gerimis agar tak tergelincir karena fokus pada kamera.
Kesehatan harian
- Oles tabir surya dan gunakan topi meski banyak area teduh.
- Sediakan tisu basah dan hand sanitizer. Fasilitas umum terbatas.
- Bawa obat pribadi seperti obat maag, plester luka, dan minyak angin.
Aksesibilitas
Jalur menuju kampung berupa anak tangga panjang sehingga tidak ramah kursi roda. Untuk lansia, siapkan tongkat dan ritme istirahat. Lebih aman didampingi pemandu dari awal.
Ekowisata dan Dampak Positif
Kenapa kunjungan Anda penting
Tiket parkir, pembelian produk lokal, dan donasi melalui pengurus kampung menjadi arus ekonomi kecil yang membantu warga menjaga rumah dan adat. Ekowisata yang baik membuat anak muda melihat masa depan di kampungnya sendiri tanpa harus mengubah karakter tempat.
Cara menjadi tamu yang baik
- Belanja lokal langsung dari pengrajin.
- Bawa botol isi ulang untuk mengurangi sampah plastik.
- Promosikan etika saat berbagi konten. Sertakan ajakan sopan agar penonton lain meniru praktik baik.
Rekomendasi Area Menginap
Kota Tasikmalaya
Banyak pilihan hotel menengah dan guesthouse. Lokasi ini strategis untuk makan malam dan akses transport ke Salawu pagi hari.
Garut
Bila rute Anda dari Garut, nikmati pemandian air panas pada sore hari lalu berangkat ke Kampung Naga keesokan paginya.
Homestay desa sekitar
Beberapa desa di koridor jalan utama memiliki homestay sederhana. Ini pilihan menarik bila ingin mengejar cahaya pagi tanpa terburu-buru.
Transportasi dan Biaya Perkiraan
Cara berkeliling
- Sewa motor dari Tasikmalaya atau Garut untuk fleksibilitas.
- Mobil sewaan plus sopir untuk keluarga. Jalan provinsi relatif baik.
- Transport umum tersedia terbatas. Tanyakan jadwal angkot sebelum berangkat.
Estimasi biaya 1 hari per orang
| Komponen | Hemat IDR | Nyaman IDR |
|---|---|---|
| Transport kota ke Salawu PP | 60.000 sampai 150.000 | 150.000 sampai 300.000 |
| Sewa pemandu lokal | 50.000 sampai 100.000 | 100.000 sampai 200.000 |
| Donasi komunitas | 20.000 sampai 50.000 | 50.000 sampai 100.000 |
| Makan siang dan camilan | 40.000 sampai 100.000 | 100.000 sampai 200.000 |
| Belanja produk lokal | 50.000 sampai 150.000 | 150.000 sampai 300.000 |
| Total Estimasi | 220.000 sampai 550.000 | 550.000 sampai 1.100.000 |
Angka bersifat indikatif. Biaya mengikuti musim, jumlah rombongan, dan negosiasi. Belanja produk lokal adalah cara paling langsung mengalirkan manfaat ke warga.

Do dan Don’t Singkat
Do
- Sapa warga dengan salam dan senyum.
- Ikuti instruksi pemandu.
- Tahan suara keras. Gunakan earphone bila ingin memutar musik untuk uji audio.
Don’t
- Jangan memaksa drone terbang di atas kampung.
- Jangan menyentuh leuit dan benda ritual.
- Jangan menginjak ladang atau kebun warga saat mengejar sudut foto.
FAQ yang Sering Ditanyakan
1) Apakah ada tiket masuk
Tidak ada loket tiket standar. Biasanya pengunjung memberikan donasi sukarela melalui pengurus kampung. Parkir kendaraan mengikuti tarif setempat di area atas.
2) Bolehkah memotret di dalam rumah
Hanya dengan izin. Banyak keluarga membuka serambi untuk bercerita, bukan untuk sesi foto komersial. Jaga kenyamanan tuan rumah.
3) Bagaimana dengan sinyal ponsel
Sinyal umumnya ada di area atas. Di lembah bisa fluktuatif. Unduh peta offline dan siapkan mode pesawat saat merekam agar tidak terganggu notifikasi.
4) Apakah aman untuk anak
Aman dengan pendampingan. Anak tangga panjang dan tepian sungai memerlukan pengawasan ketat.
5) Kapan momen terbaik memotret atap ijuk
Pagi ketika embun masih menempel dan sore saat cahaya miring menonjolkan tekstur. Hari berawan tipis juga menghasilkan tone yang sejuk.
Checklist Perlengkapan
Wajib bawa
- Sepatu bertapak karet, sandal cadangan, dan kaus kaki ekstra.
- Botol minum isi ulang, ponco, topi, tabir surya.
- Power bank, kartu memori cadangan, lap microfiber.
- Kantong sampah kecil untuk barang sekali pakai.
Perlengkapan konten
- Kamera mirrorless, lensa lebar dan medium, serta mikrofon clip on.
- Tripod kecil untuk time lapse anak tangga.
- Buku catatan dan pulpen untuk mencatat cerita warga.
Menutup Hari di Lembah Adat
Duduk di serambi bale sambil menatap atap ijuk, saya menyadari sesuatu: Kampung Naga tidak berusaha menjadi atraksi. Ia tetap menjadi rumah yang dijaga oleh orang-orang yang percaya pada keseimbangan. Adat di sini bukan romantisme masa lalu, melainkan cara hidup. Ketika kita datang dengan rasa hormat, pulang pun membawa sesuatu yang lebih dari sekadar gambar. Kita membawa ingatan tentang kesederhanaan yang menenteramkan.
Kampung Naga mengajarkan bahwa kemajuan bisa berjalan berdampingan dengan akar budaya. Di tengah sejuknya lembah Ciwulan, suara anak-anak tertawa, ketukan pisau di papan dapur, dan doa yang pelan di masjid ijuk berpadu menjadi orkestrasi kecil yang menyentuh. Jika Anda mencari pelajaran perjalanan yang lembut namun membekas, turuni anak tangga itu, ambil napas, dan biarkan kampung ini berbicara. Anda tidak perlu merekam semuanya. Cukup dengarkan, kemudian bawa pulang cerita yang membuat orang lain ikut ingin menjaga.
