Kota Sorong sering terdengar hanya sebagai nama di tiket pesawat sebelum orang meloncat ke Raja Ampat. Banyak traveler datang, menginap semalam, lalu buru buru menyeberang ke pulau pulau cantik di seberang sana. Padahal, kalau kamu mau berhenti sebentar dan menurunkan ritme perjalanan, Sorong punya cerita yang jauh lebih dalam dari sekadar kota transit.
Sebagai travel vlogger, aku datang ke Sorong dengan pikiran simpel. Tujuanku jelas, mengejar sunrise di Raja Ampat dan menyelam di antara karang. Tapi justru hari hari di Sorong yang pelan, penuh bau laut dan kopi hitam, ikut membentuk narasi perjalananku. Kota ini menjadi bab pembuka yang hangat, tempat di mana aku belajar bahwa setiap gerbang punya kisahnya sendiri.
“Sorong mengajarkanku bahwa kadang kita terlalu sibuk mengejar tujuan sampai lupa menikmati ruang tunggu. Padahal ruang tunggu itu sendiri bisa jadi bagian terbaik dari cerita.”
Di Mana Kota Sorong dan Seperti Apa Rasanya
Kota Sorong berada di ujung barat Pulau Papua, di wilayah Papua Barat Daya. Secara geografis, letaknya menempel di kawasan yang dikenal sebagai Semenanjung Kepala Burung. Kota ini menghadap langsung ke laut, dikelilingi perbukitan hijau, dan menjadi simpul pergerakan orang serta barang menuju berbagai daerah di Papua dan kepulauan sekitarnya.
Sorong bukan kota yang dibangun untuk gaya hidup santai ala kota wisata. Ritmenya lebih mirip napas cepat sebuah kota kerja. Jalanan dipenuhi kendaraan, pelabuhan sibuk sejak subuh, dan suara mesin kapal jadi musik latar yang setia. Namun di sela sela kesibukan itu, selalu ada sudut yang memberi ruang untuk duduk diam, mengamati, dan jatuh cinta pelan pelan.
Kota Persimpangan Manusia dan Budaya
Di Sorong, kamu akan bertemu banyak wajah dan aksen. Ada masyarakat asli Papua dengan senyum lebar dan mata hangat, ada pendatang dari Maluku, Sulawesi, Jawa, Nusa Tenggara, dan berbagai daerah lain. Perpaduan ini terasa di pasar, di warung, di pelabuhan, dan di jalan.
Di satu meja warung kopi, kamu bisa mendengar bahasa Indonesia dengan logat Papua, di meja sebelah bercampur dengan dialek Makassar atau Maluku. Semua saling silang, tetapi anehnya terasa akrab. Kota ini seperti ruang tamu besar bagi orang orang yang datang untuk bekerja, merantau, dan sekadar lewat.

Cara Tiba di Kota Sorong
Sebagian besar traveler yang datang ke Sorong menempuh perjalanan panjang. Namun justru di situlah letak sensasinya. Begitu turun di kota ini, kamu akan merasa betul betul telah pergi jauh dari keseharian.
Terbang ke Bandara Domine Eduard Osok
Bandara Domine Eduard Osok adalah gerbang udara utama Sorong. Dari Jakarta, Surabaya, Makassar, Manado, dan beberapa kota lain, ada penerbangan langsung maupun transit. Saat pesawat mulai menurunkan ketinggian, pemandangan luar jendela berubah menjadi perpaduan laut biru dan pulau pulau kecil yang tersebar seperti titik titik cat di atas kanvas.
Keluar dari kabin, kamu akan disambut udara hangat dan lembap yang khas. Area kedatangan bandara tidak terlalu besar, tetapi cukup ramai. Di sana kamu bisa menemukan meja informasi, konter penginapan, hingga tawaran transport menuju pusat kota atau pelabuhan.
Datang dengan Kapal ke Pelabuhan Sorong
Alternatif lain adalah datang dengan kapal laut. Pelabuhan Sorong menjadi titik penting bagi kapal penumpang dan kapal barang dari berbagai kawasan di Indonesia timur. Perjalanan laut memang lama, tetapi laut juga punya cara sendiri untuk mengajakmu pelan pelan melepaskan beban pikiran.
Dari dek kapal, kamu bisa melihat garis kota Sorong muncul perlahan di horison. Ada crane, perahu nelayan, dan bangunan yang tampak kecil namun semakin jelas seiring kapal mendekat. Momen seperti ini selalu terasa seperti intro film, tenang tapi penuh harapan.
Suasana Pertama Saat Menginjakkan Kaki di Kota Sorong
Begitu tiba di Sorong, hal pertama yang terasa adalah kejujuran kota. Tidak ada usaha menutupi sisi kerasnya. Jalanan ramai, lalu lintas padat, pedagang memanggil pembeli, dan di kejauhan terdengar suara kapal bersiul.
Ritme Kota Pelabuhan dari Pagi Sampai Malam
Pagi hari, kota ini seperti mesin yang baru saja dinyalakan penuh. Di sekitar pelabuhan dan pasar, orang mondar mandir dengan langkah cepat. Truk mengangkut barang, motor bersliweran, dan pedagang memasang lapak.
Menjelang siang, panas matahari membuat banyak orang berlindung di bawah atap warung atau bangunan. Sementara itu, di hotel dan penginapan, traveler yang baru datang biasanya memilih tidur sebentar, meredakan lelah perjalanan panjang.
Malam hari, ritme kota berubah. Lampu jalan menyala, beberapa warung ikan bakar mulai ramai, dan suara obrolan mengisi udara. Kota tidak benar benar tidur, namun suasananya lebih lembut dibanding pagi yang penuh aktivitas.
“Aku suka cara Sorong berganti wajah. Pagi penuh suara dan gerak, malamnya pelan, memberi kesempatan untuk bernapas dan memikirkan ke mana langkah akan diayun esok hari.”
Tempat Tempat Seru yang Bisa Dinikmati di Kota Sorong
Jika kamu punya satu atau dua hari di Sorong, jangan hanya meringkuk di kamar hotel. Ada beberapa tempat yang bisa kamu kunjungi untuk merasakan karakter kota ini dengan lebih utuh.
Pantai Tanjung Kasuari
Pantai Tanjung Kasuari adalah salah satu lokasi favorit warga lokal untuk melepas penat. Berjarak tidak terlalu jauh dari pusat kota, pantai ini menawarkan pasir lembut, deretan pohon kelapa, dan air laut yang relatif tenang.
Pagi hingga siang, pantai biasanya cukup sepi. Kamu bisa berjalan santai di tepi air, merekam suara ombak, atau duduk membaca buku sambil sesekali menatap laut. Menjelang sore, Tanjung Kasuari mulai hidup. Keluarga datang membawa anak anak, remaja bermain bola di pasir, dan pedagang keliling menawarkan jagung bakar serta minuman dingin.
Senja di pantai ini punya warna khas. Langit perlahan berubah keemasan, dan jika beruntung, kamu bisa melihat semburat jingga bercampur ungu di garis horison. Untuk travel vlog, ini adalah waktu terbaik untuk mengambil footage, terutama jika kamu suka bermain dengan siluet dan suara natural.
Pulau Doom yang Penuh Jejak Sejarah
Pulau Doom berada di depan kota Sorong dan bisa dicapai dengan perahu kecil. Dahulu, pulau ini memiliki peran penting sebagai pusat pemerintahan pada masa penjajahan. Sisa sisa masa lalu itu masih terasa dari tata ruang dan beberapa bangunan tua yang berdiri di sepanjang jalan.
Di Pulau Doom, kamu bisa berjalan kaki mengelilingi pulau, melihat rumah rumah panggung, dan menyapa warga yang duduk santai di depan rumah. Dari tepi pulau, pemandangan kota Sorong terlihat seperti miniatur, dengan deretan lampu dan siluet bangunan.
Malam di Doom terasa berbeda. Lebih sunyi, lebih dekat dengan suara laut, dan lebih cocok untuk merenungkan perjalananmu sejauh ini.
Taman Kota dan Sudut Sudut Santai
Selain pantai dan pulau, Sorong juga punya beberapa taman kota dan ruang terbuka yang sering menjadi titik berkumpul warga. Di tempat tempat seperti ini, kamu bisa duduk, membeli jajanan, dan mengamati interaksi sehari hari.
Bagi travel vlogger, momen seperti anak kecil bermain, penjual yang sibuk melayani pembeli, atau orang dewasa bercengkerama bisa menjadi bahan b roll yang kuat untuk membangun suasana kota.
Kuliner Kota Sorong yang Menggoda Lidah
Tidak lengkap rasanya membicarakan sebuah kota tanpa menyentuh soal makanan. Sorong, sebagai kota pelabuhan dan tempat bertemunya banyak budaya, tentu punya kuliner yang menarik untuk dicicipi.
Ikan Bakar dan Sambal yang Menggugah Selera
Salah satu kuliner yang wajib dicoba di Sorong adalah ikan bakar. Banyak warung di sekitar pelabuhan maupun di beberapa sudut kota yang menyajikan ikan segar yang langsung diolah. Ikan dipilih, dibumbui, lalu dibakar dan disajikan bersama nasi, sayur, serta sambal pedas segar.
Makan ikan bakar di kota pelabuhan punya sensasi berbeda. Aroma asap bercampur dengan udara asin laut, sementara suara kendaraan dan obrolan di warung menjadi latar belakang yang membuat suasana terasa hidup.
Papeda dan Ikan Kuah Kuning
Jika ingin mencicipi kuliner khas Papua, carilah rumah makan yang menyediakan papeda. Tekstur papeda yang kenyal sering membuat orang luar daerah penasaran. Biasanya papeda dinikmati dengan ikan kuah kuning yang kaya rempah.
Bagi kamera, proses menyajikan papeda punya daya tarik visual tersendiri. Gerakan memutar papeda dengan sumpit kayu hingga terbentuk gulungan bening bisa menjadi adegan yang mencuri perhatian penonton.
Kopi Hitam dan Jajanan Sederhana
Sorong juga punya banyak warung kopi sederhana tempat orang orang berkumpul sejak pagi hingga malam. Di sini, kamu bisa menikmati kopi hitam panas ditemani pisang goreng, roti, atau kue kue lokal.
“Kadang hal paling menyenangkan di Sorong bukanlah tempat wisata tertentu, tetapi duduk di warung kecil, menyeruput kopi panas sambil mendengarkan orang lokal bercerita tentang kota mereka.”

Menyimak Kehidupan Sehari Hari di Kota Sorong
Kota ini terasa hidup karena manusia manusianya. Untuk benar benar mengenal Sorong, kamu perlu keluar dari zona nyaman hotel dan menyusuri pasar, gang kecil, serta kawasan pemukiman.
Pasar Tradisional yang Riuh dan Penuh Warna
Mengunjungi pasar tradisional di Sorong adalah pengalaman yang padat indera. Di sana, kamu akan melihat tumpukan ikan berbagai ukuran, udang, cumi, dan hasil laut lain yang masih segar. Di sisi lain, ada sayur mayur hijau, buah tropis berwarna mencolok, serta rempah yang aromanya langsung menyeruak.
Suara penjual memanggil pembeli, suara ibu ibu menawar harga, dan suara langkah kaki yang berlalu lalang membentuk irama tersendiri. Bagi travel vlog, pasar adalah lokasi ideal untuk mengambil gambar yang menggambarkan denyut hidup kota.
Obrolan Pendek dengan Warga Lokal
Meluangkan waktu untuk mengobrol dengan sopir ojek, penjual makanan, atau petugas penginapan sering menghadirkan perspektif yang tidak akan kamu temukan di brosur wisata.
Mereka bisa bercerita tentang bagaimana Sorong berubah dari waktu ke waktu, tentang harapan terhadap perkembangan kota, atau tentang keluarga yang tersebar di pulau pulau sekitar. Di titik ini, perjalanan terasa lebih manusiawi, tidak hanya sekadar daftar tempat yang sudah kamu datangi.
Kota Sorong sebagai Gerbang Menuju Raja Ampat
Tidak bisa dimungkiri, banyak orang mengenal Sorong karena Raja Ampat. Dari kota inilah perjalanan laut menuju Waisai dan pulau pulau lain dimulai. Pelabuhan Sorong menjadi panggung harian untuk perpisahan dan pertemuan antara daratan dan lautan.
Pelabuhan Sorong di Pagi Hari
Pagi hari di pelabuhan menuju Raja Ampat bisa sangat sibuk. Penumpang datang dengan tas besar, operator kapal sibuk mengatur barang, dan petugas memanggil penumpang sesuai jadwal.
Bagi seorang travel vlogger, momen boarding kapal adalah adegan yang tidak boleh dilewatkan. Di sana ada wajah wajah penuh harap yang akan memulai petualangan, dan ada juga yang pulang dengan kulit lebih gelap dan senyum lebar karena baru selesai berhari hari di laut.
Menginap di Sorong Sebelum dan Sesudah Menyeberang
Banyak traveler memilih menginap di Sorong setidaknya satu malam, baik sebelum maupun sesudah menyeberang ke Raja Ampat. Sebelum berlayar, kota ini memberi waktu adaptasi. Kamu bisa mengatur ulang barang, membeli kebutuhan, dan mengistirahatkan badan setelah penerbangan panjang.
Setelah kembali dari laut, Sorong menjadi ruang transisi sebelum pulang ke rumah. Di kota ini kamu bisa pelan pelan meninggalkan ritme hidup di kapal, kembali mendengar suara kendaraan, dan menata ulang perasaan setelah pengalaman yang mungkin cukup mengubah cara pandangmu terhadap laut dan alam.
Itinerary 2 Hari 1 Malam di Kota Sorong
Jika kamu punya waktu terbatas di Sorong, misalnya satu hari penuh dan satu malam, berikut contoh itinerary yang bisa memberi gambaran kota secara singkat namun tetap berkesan.
Hari Pertama Tiba dan Berburu Senja
Setelah tiba di Sorong dan check in di penginapan, gunakan siang hari untuk istirahat dan eksplorasi ringan. Kamu bisa berjalan di sekitar hotel, mencari warung makan terdekat, atau mempersiapkan perlengkapan jika esok hari akan menyeberang ke Raja Ampat.
Menjelang sore, pergilah ke Pantai Tanjung Kasuari. Di sana, kamu bisa bermain air, mengambil footage pantai, dan menikmati suasana lokal. Tunggu hingga matahari mulai turun dan abadikan perubahan warna langit.
Malam hari, kembali ke kota dan cari warung ikan bakar. Makan malam dengan menu ikan segar, sambal, dan nasi panas adalah cara yang sangat pas untuk menyambut hari pertama di Sorong.
Hari Kedua Pasar, Pulau Kecil, dan Persiapan Lanjut Jalan
Pagi hari, kunjungi pasar tradisional untuk melihat sisi lain kota. Rekam aktivitas warga, jelajahi lorong lorong pasar, dan jika berani, cicipi jajanan yang dijual di sana.
Jika waktumu cukup panjang, kamu bisa menyeberang sebentar ke Pulau Doom. Berjalanlah mengelilingi pulau, berhenti di beberapa titik untuk merekam pemandangan kota Sorong dari kejauhan, dan mengobrol dengan warga.
Menjelang siang atau sore, kembali ke Sorong untuk bersiap. Entah kamu akan naik kapal menuju Raja Ampat atau terbang kembali ke kota asal, hati biasanya sudah terisi cukup banyak cerita.
Estimasi Biaya Singkat di Kota Sorong
Biaya berada di Sorong bervariasi tergantung pilihan penginapan dan gaya hidup, tetapi gambaran sederhana untuk dua hari satu malam adalah sebagai berikut.
| Kebutuhan | Estimasi Biaya (Rp) | Keterangan |
|---|---|---|
| Penginapan 1 malam | 300.000 hingga 700.000 | Hotel kelas menengah atau guest house |
| Makan sekitar 4 kali | 150.000 hingga 300.000 | Warung dan rumah makan lokal |
| Transport lokal | 100.000 hingga 200.000 | Ojek atau taksi dalam kota |
| Rekreasi pantai dan penyeberangan singkat | 100.000 hingga 200.000 | Termasuk sewa perahu kecil jika ke Pulau Doom |
| Lain lain dan camilan | 100.000 hingga 200.000 | Cadangan untuk kebutuhan mendadak |
| Total Estimasi | 750.000 hingga 1.600.000 | Di luar tiket pesawat atau kapal menuju Sorong |
“Sorong mungkin bukan kota yang diciptakan untuk liburan super mewah, tapi bukan juga kota yang menutup pintu bagi pejalan dengan anggaran terbatas. Kota ini lebih soal cara kamu menikmatinya, bukan soal seberapa tebal dompetmu.”

Tips Praktis Berkunjung ke Kota Sorong
Siapkan Waktu Fleksibel
Jadwal kapal dan penerbangan di wilayah timur bisa berubah karena cuaca atau hal teknis lainnya. Menyisakan waktu fleksibel satu hari di Sorong adalah langkah cerdas. Waktu ini bisa jadi cadangan jika ada penundaan, sekaligus kesempatan ekstra untuk mengeksplor kota.
Jaga Kesehatan di Cuaca Panas Lembap
Cuaca di Sorong cenderung panas dan lembap. Minum cukup air, gunakan sunblock, kenakan topi, dan pilih pakaian yang ringan serta nyaman. Jika baru tiba dari perjalanan panjang, jangan memaksa diri untuk langsung mengejar banyak aktivitas.
Hormati Budaya dan Kebiasaan Lokal
Sorong adalah rumah bagi banyak komunitas. Bersikaplah sopan, jangan sembarangan memotret orang tanpa izin, dan jaga bahasa maupun sikap di ruang publik. Hal hal kecil seperti menyapa dengan senyum dan mengucap terima kasih bisa membuka banyak pintu.
Kota Sorong dalam Kenangan Perjalanan
Pada akhirnya, Kota Sorong mungkin tidak akan muncul sebagai destinasi utama di brosur wisata yang penuh foto pantai putih dan air biru toska. Jalanan yang kadang macet, panas yang menyengat, dan suasana pelabuhan yang keras mungkin bukan selera semua orang.
Namun justru di situlah kejujuran kota ini. Sorong bekerja tanpa banyak basa basi, menghubungkan manusia dengan laut dan pulau pulau kecil di sekitarnya. Di sini, kamu bisa melihat bagaimana orang orang menjalani hidup di garis depan antara daratan dan samudra.
“Aku datang ke Sorong karena ingin ke Raja Ampat. Tapi ketika pesawatku lepas landas meninggalkan kota ini, aku tahu sebagian cerita terbaik dari perjalanan justru lahir di trotoar panas, warung kecil, dan senja pelan di Pantai Tanjung Kasuari.”
Mungkin di peta, Sorong hanya sebuah nama yang menandai gerbang. Tapi setelah kamu mampir, duduk, dan memberi waktu, kota ini bisa menjadi halaman favorit di buku perjalananmu. Bukan karena ia paling indah, tetapi karena ia paling jujur menyambutmu di ujung barat Papua.
